Sabtu, 15 Januari 2011

Himmah

Manusia hidup dalam lorong waktu yang terbatas, manusia memiliki labirin usia dan umur yang terbatas, manusia memiliki masa optimum (sa'at al-Quwwah) dalam bekerja yang terbatas.. Manusia dihimpit dengan sebuah penghalang yang bernama keterbatasan, dan sengaja Allah memberikan keterbatasan-keterbatasan ini agar manusia mampu mendayagunakan seluruh potensi yang dimilikinya untuk berusaha dan berjalan pada sebuah rel kehidupan, dan memang masa hidup manusia hari ini hanyalah masa safari (rihlah) sementara saja...

Layak bagi manusia untuk bermimpi dan bercita-cita (Himmah), mimpi dan cita-cita merupakan merupakan sebuah nafas kehidupan manusia, bisa dipastikan manusia yang tidak memiliki kedua hal ini adalah mereka yang mati dini sebab segala potensi kemanusiaannya belum termaksimalkan secara optimal, mereka yang tidak memiliki kedua muwasofat (karakteristik) ini dipastikan bukanlah orang-orang yang akan berbahagia kelak... Orang yang memiliki mimpi dan cita-cita besar ini adalah orang yang layak memenangkan dari setiap pertarungannya di medan kehidupan.. Para pemenang ini memang tidak tumbuh begitu saja, melainkan melalui mekanisme seleksi kehidupan yang ketat dan melelahkan, mereka sengaja dibenturkan dengan sesosok partner manusia yang bernama Sang Waktu dan sang waktu lah yang lebih banyak menjadikan manusia besar (beruntung) atau menjadikan mereka kecil (merugi), atau diantara keduanya, dst... Demi massa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, dan saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran...

Manusia dengan alur pertarungannya yang rumit dan melelahkan ini akan senatiasa bergulat di dalam sebuah arena kehidupan, sampai ada diantara mereka yang berhasil memenangkan pertarungannya itu dimana ditandai dengan kompensasi waktunya yang masih ada,  ataukah sang waktulah yang berkuasa dan mengakhiri masa safari (rihlah)manusia itu sendiri... Maka, dibutuhkan sebuah energi kreatif untuk mendongkrak resistensi kelemahan manusia terhadap sang waktu ini, diperlukan optimalisasi pikiran dan action (tindakan), dan yang terakhir barangkali adalah maksimalisasi usaha (Ikhtiar) sebagai sebuah medan jihad dalam kehidupan kita, hingga pilihannya adalah 'Is Kariiman Aumut Syahiidan" (hidup mulia atau mati sebagai seorang syuhada)...  Maka  besarnya nilai dari cita-cita (himmah) dan mimpi-mimpi besar seorang manusia ini adalah hanya Allah yang tahu.. Dalam sebuah hadits Qudsi dikatakan: '' Sesungguhnya Aku tidak memandang pada ucapan orang orang yg bijaksana,tetapi Aku hanya memandang kepada Himmah-nya{cita citanya}... Sangat tidak bisa diukur betapa beruntungnya manusia hidup dengan cita-cita besarnya dan meraih kemenangan dari setiap perjuangannya ini.. Ibnu Qayyim mengatakan: Kenikmatan tidak bisa didapatkan dengan kenikmatan pula,justru orang yg berani menentang badai dalam menghadapi rintangan,ia akan menikmati kegembiraan dan kenikmatan. Orang yg ingin meraih himmah,tidak akan patah arang,tidak takut gagal,tidak takut kesepian karena Allah selalu bersamanya.. kenapa aku harus putus asa...?

Manusia perlu mengetahui matriks lingkup kehidupannya, manusia perlu mengenal domains keberadaan dirinya di jengkalan tanah manapun mereka berada, manusia perlu memahami karakteristik sang waktu yang membesarkannya, manusia mesti mempersepsikan dirinya dengan alam sekitarnya dan menempatkan akalnya tepat pada sumbu optimalisasi dan daya guna tertinggi... Dalam kaitannya dengan hal ini maka layak manusia disebut sebagai sebuah objek pembelajaran, sebab pada diri manusia bisa digali sebongkah hikmah dan penyingkapan ayat-ayat kebesaran Allah swt, tentunya dengan memperhatikan manusia sebuah objek khusus (ilm al Khashas) atau sebuah gambaran umum (Ilm Ak kainat) dalam kaitannya dengan nilai-nilai mutlak Tuhannya... Hal ini sudah melahirkan  beragam ilmu Filsafat Manusia yang lebih kita kenal dengan Anthropologia Metaphysica dimana objek pembahasannya meliputi manusia secara fragment-fragmentnya antara lain: logika, estetika, etika, politik, dan metafisika...

Berangkat dari rumitnya sebuah matriks kehidupan manusia dan domain keberadaanya manusia ini, serta pemahaman yang medalam tentang karakteristik manusia, maka Himmah dan mimpi-mimpi besar manusia haruslah mampu melintasi dimensi keberdayaannya dan menjadikannya sebagai batas optimum kemampuan manusia... Keduanya harus mampu menjadi sebuah pemicu munculnya resolusi-resolusi kehidupan, sebagai upaya tanggapan terhadap posisi keberadaan manusia, dan seterusnya, dan seterusnya... Maka dalam hal ini diperlukan beberapa hal seperti ini: mengakarkuatkan cita-cita dan mimpi manusia, lalu diikuti dengan sebuah resolusi untuk sebuah komitmen perbaikan, dan yang terakhir adalah mengikutinya dengan disiplin diri yang kuat... Sejatinya bahwa setiap lembaran cita-cita manusia akan dibenturkan dengan hambatan-hambatan yang tidak bisa dikatakan kecil, sejatinya mereka membutuhkan semacam langkah taktis dan praktis, manusia membutuhkan formula solusi yang lebih kita kenal sebagai manajemen "problem solving" ... beberapa langkah ini antaralain: Detailing tujuan kita disamping minta penguatan kepada Allah sw, Introducehambatan-hambatan berbagai hal yang sekiranya akan menghambat langkah pertama diatas, Tulislah Planning Apa yang bisa kita lakukan, Tulislah Jalan keluar (solution/solving) untuk mengatasi kesenjangan hambatan keadaan yang berkaitan dengan Waktu (jadwal dan tindakan), dan yang terakhir adalah memilih Solusi terbaik yang sesuai dan nyaman dalam membuat tindakan menuju cita dan kesuksesan...

Manusia secara nyata atau simbolik dituntut untuk bisa membangun pilar-pilar kehidupannya yang ideal, mereka dalam tahapan awalnya harus mampu membangkitkan suasana bathin dalam sebuah tungku pemanasan yang sama, lalu dilanjutkan dengan sebuah kontemplasi-kontemplasi unik sebagai sebuah daya kratifitas manusia, lalu dilanjutkan dengan proses mapping sebuah masalah yang dibarengi dengan trouble balancing, dan yang terakhir adalah adanya sebuahresolution terukur sebagai sebuah kematangan individual manusia itu sendiri... Maka, inilah yang membedakan daya kratifitas manusia dengan binatang, tetumbuhan, alam sekita manusia, sebuah mahakarya yang bisa dikatakan unik dan menarik, sebuah intrik yang tidak diketahui keluarbiasaannya kecuali dengan kita mengenal lebih dalam, lebih dalam lagi, mengenal manusia lebih dalam lagi... Kontemplasi yang dimaksud lebih kepada kesuksesan pribadi unggul dalam meniti tangga kehidupannya yang kasar itu.. kontemplasi ini lebih kita kenal adalah sebuah cita-cita (himmah) dan mimpi-mimpi manusia... Menurut Rancho, pemeran utama film 3 Idiots, dia mengatakan: "Jadilah seperti apa yang hati kita inginkan, maka kesuksesan pun akan mengikuti kita"...

Cita-cita (Himmah) ini tumbuh tidak serta merta, melainkan melalui pengamatan dan kemudian tumbuh di dalam diri seseorang, lebih banyak dimotori berdasarkan pandangan ideologi seseorang, maka jika overview  cita-citanya baik, maka akan disambut gayung aplikasinya di lapangan, sebagai sebuah stimulant dari sebuah proyek manusia, dan pun sebaliknya, jika overview manusia terhadap sesuatu adalah tidak baik/tidak boleh dilakukan, maka sedapat mungkin manusia akan menghindarinya... Hal ini lebih dititik beratkan kepada aspek baik-buruknya sebuah keinginan dan harapan manusia... Muhammad Hatta, tokoh Indonesia dari Sumatera Barat pernah berkata bahwa suatu cita-cita yang besar dan mulia biasanya dapat dicapai oleh sedikit orang yang giat bekerja, sedangkan orang banyak akan ikut di belakangnya. Dan memang sejarah punya gaya khas tersendiri dalam membimbing kontemplasi-kontemplasi manusia sehingga mengantarkan mereka menjadi generasi-generasi yang unggul.... pencapaian kontemplasi ini akan mengklasifikasikan manusia menjadi: orang sukses, orang berhasil, atau orang bahagia... sebuah klasifikasi manusia yang sedikit banyak dipengaruhi oleh faktor usaha/ikhtiar manusia, disamping ada campur tangan Ilahiyah dengan kadar dan komposisi tertentu...  Saya akan menjelaskan tentang klasifikasi manusia diatas: Sukses adalah status pencapaian, sedangkan bahagia adalah salah satu obyek yang bisa dijadikan tujuan, dan berhasil lebih dititikberatkan kepada hasil pencapaian.. Rick Poster dalam bukunya "How we Choose to be Happy"  mendefinisikan: 
Bahagia sejati adalah suatu perasaan yang kuat dan langgeng berupa rasa tenang, puas, mampu, dan kendali penuh atas diri sendiri. Bahagia juga berarti mengetahui kondisi dan keinginan diri, lebih merespon kebutuhan yang nyata daripada tuntutan orang lain, sadar merasakan hidup saat ini, dan mampu menikmati buah kehidupan...

Menarik untuk mengkaji manusia dalam kaitannya dengan kontemplasi-kontemplasi tadi, dalam kaitannya dengan kesuksesan-kesuksesan yang mereka peroleh sebagai hasil dari overview dan ikhtiar manusia... Studi terhadap orang-orang yang sangat sukses menujukkan bahwa mereka juga memiliki ciri-ciri lain yang menonjol. Pertama, mereka mempunyai mimpi yang besar, tujuan yang jelas, dan teguh memegang mimpinya tersebut. Kedua, mereka tidak bekerja sendirian, mereka mampu memanfaatkan kekuatan yang ada di dalam dirinya maupun di sekeliling dirinya. Jadi, mereka mengembangkan dua kecerdasan lainnya sebagai pelengkap dari IQ-EQ-SQ. Mereka mengembangkan kecerdasan yang disebut Kecerdasan Aspirasi (Aspiration Intelligence), dan Kecerdasan Kekuatan (Power Intelligence).. Ternyata para orang sukses mengembangkan lima kecerdasan dengan seimbang! Kelima kecerdasan ini kita sebut Kecerdasan SEPIA (Spiritual - Emotional - Power - Intellectual - Aspiration).. Dimana kelima hal penting ini menggambarkan dua hal paradigma penting dalam diri manusia, yaitu karakter (Character) dan kemampuan / kompetensi (Competence).. 
"Jika anda menginginkan perubahan kecil, garaplah perilaku Anda. Jika anda menginginkan perubahan besar dan mendasar, garaplah paradigma Anda." 
(Stephen R Covey)...

Seorang psikolog keluarga Fabiola Setiawan Mpsi mengatakan bahwa pada masa early childhood (sekitar umur 3-6 tahun)  merupakan masa mulai berkembang ideal self, yakni sebuah masa dimana kontemplasi/cita-cita ini dibentuk pada manusia berupa keinginan untuk menjadi seperti siapa nantinya, inilah yang menurut penulis disebut dengan masa ta'sis kontemplasi (peletakan pondasi cita-cita manusia), masa-masa ini adalah masa-masa hadiah dari Allah swt kepada manusia untuk menemukan garis kehidupan mereka berdasarkan element kemanusiaan mereka sendiri...  sebuah kanvas besar yang terbentang dalam kehidupan manusia menuntut kearifan lokal manusia untuk mewarnainya berdasarkan proporsionlitas dan aspek kemanusiaan manusia...

Dalam sebuah buku berjudul "Meraih Cita-Cita Dengan Semangat Membara" Karya Muhammad Ahmad Ismail Al-Muqaddam menuturkan seperti yang diabadikan dalam sejarah, kurun demi kurun kaum Muslimin dulu kala telah melakukan lompatan yang mempesona dalam mewarnai wajah bumi ini dengan kekuatan, keberanian, kearifan, ilmu pengetahuan, cahaya dan petunjuk.. Maka dalam kurun waktu inilah saya mengatakan sebuah kontemplasi seorang manusia (muslim) sedang dibenturkan dengan jamannya, sedang diseleksi oleh seleksi Rabbaniyah dan Ilahiyyah, agar nantinya dihasilkan pucuk-pucuk keberhasilan yang tiada tara, lompatan-lompatan keberhasilan yang mengagumkan sepanjang kehidupan manusia... Ada lagi, sebuah ungkapan: 
"Sebenarnya bukan gagal meraih cita-cita, melainkan kita gagal merumuskan cita-cita itu sendiri" ... Ternyata sedikit banyak faktor kemenangan manusia dalam kehidupannya adalah dipengaruhi oleh kapasitas (kuantitas dan kualitas) manusia dalam menerjemahkan konsep ikhtiar dalam kehidupannya, disamping tetap menjaga neraca keseimbangan dengan faktor utama penentu keberhasilan, yakni Allah swt... Ada beberapa tahapan agar manusia mampu meningkatkan sisi-sisi kehausan dirinya terhadap kehidupannya, yakni: Cari Motivasi yang Tinggi, Memperbesar faktor Dukungan, Tidak Takut untuk berekspolari dalam menggali sumber daya dalam kehidupannya dan usaha mendekatkan dirinya pada kontemplasi berjangka, Meruncingkan Tujuan yang dengan kapasitas fokus yang memadai, dan yang terakhir adalah upaya memanusiakan pada Diri Sendiri bahwa diri ini memiliki peluang untuk berhasil yang sama besarnya dengan peluang untuk gagal (proporsional overview).....

Haristone saja punya slogan “If you can dream it, you can do it”.. Carol Hanley pernah menulis dalam sebuah bukunya“Tentukan apa yang menjadi impianmu dan kau pasti bisa meraihnya”.. Film remaja Amerika yang berjudul “Cinderella Story” juga mencantumkan kalimat “Jangan sampai ketakutan membuatmu menyerah mewujudkan mimpi” , atau sebuah fil karya anak bangsa yang sangat inspiratif "Liem Swie King"  sebagai sebuah gambarang semangat seorang anak membela nusa bangsanya dalam perbulutangkisan, dan sebagainya... Sangat banyak kisah inspiratif yang bisa kita jadikan rujukan untuk penguatan himmah kita, bahkan setiap fragment waktu menawarkan solusi-solusi kepada kita agar kita lebih dewasa dan berhasil menempatkan sumbu kehidupan dalam proporsi yang ideal.. sebuah lahan garapan manusia adalah kehidupannya, dan seperangkat tools mereka tiada lain adalah upaya manusia itu sendiri, dan akan berangkat dari sebuah proses mapping manusia terhadap usahanya sendiri... Tony Buzan membantu kita dalam rangka memetakan pikiran kita pada sebuah map ideal yang bernama mind mapping dan ini baru membahas tentang rekonstruksi pemikiran saja, belum kepada mendayagunakan potensi manusia lainnya, seperti jasadnya, ruhnya, daya nalarnya, dan seterusnya, dan seterusnya... dan dari sebuah mapping inilah akan didapatkan sebuah konstruksi kehidupan yang kuat, yang siap dibenturkan dengan setiap problematika kehidupan manusia itu sendiri...


Manusia adalah sebuah arah mata angin, sedangkan Himmah adalah sebuah kompas kehidupannya... Manusia adalah sebuah laboratorium kehidupan yang menarik dan sangat esensi dalam penyikapan-penyikapan kehidupan lainnya... Memang, secara bahasa himmah biasa diartikan cita-cita biasa, namun ia memiliki intrik dan esensi yang lebih dalam dari sekedar harapan/kebutuhan manusia... Himmah juga mempunyai keterkaitan dengan kata hamm yang bentuk jamak (plural)-nya adalah humum yang secara mudah biasa diterjemahkan dengan kesedihan.. Ia memang demikian, artinya seseorang yang mempunyai himmah sesuatu, ia akan terus merasa sedih dan tidak akan (bahkan tidak mau) mengecap sedikit kebahagiaan manakala apa yang menjadihimmah-nya itu belum kesampaian..

Al Qur’an menceritakan bahwa burung Hud-Hud telah melakukan perjalanan yang sangat jauh, dari Palestina (negeri nabi Sulaiman‘alaihis-salam) ke negeri Saba’  di Yaman (negerinya ratu Bilqis). Ia telah lalui hamparan padang pasir yang sangat luas, yang tidak mungkin berani melampauinya kecuali ash-habul himmah al ‘aaliyyah (pemilih himmah tinggi). Jangankan seekor burung Hud-Hud, manusia saja pasti tidak akan mampu dan akan berpikir berkali kali untuk mengarunginya. Bukankah yang akan dilewatinya adalah padang pasir yang sangat panas, sedikit air, sedikit makanan, dan kekerasan-kekerasan alam lainnya. Namun dengan semangat membaja, sang burung kecil itu melakukan perjalanan sejauh itu dengan satu tujuan: memberi informasi kepada nabi Sulaiman as. tentang negeri-negeri lain yang bisa jadi ia akan menjadi penyebab berimannya penduduk negeri itu, yakni penduduk negeri Saba’... 

Struktur manusia pada masyarakat kita adalah struktur manusia yang ideal, kompleks dan maju,.. Maka konsepsi Himmahtidak lagi menjadi barang mahal diantara mereka, bisa jadi memang sudah memasyarakat, atau bisa pula sebaliknya... Dan, setiap komponen masyarakat hari ini haruslah terlibat dalam upaya-upaya besar untuk penguatan sya'biyah dalam setiap tahapan dan starategisasinya... Sangat dibutuhkan adanya orang-orang yang memiliki himmah ‘aaliyyah (himmah yang sangat tinggi), dan mengurangi adanya  Himmatu ad-Daniyah (Himmah yang sangat rendah)... Maka, dari struktur manusia pada setiap lapisan manusia diatas, bisa kita klasifikasikan beberapa himmah antara lain: ‘Adzhimul Himmah  yaitu orang yang memiliki cita-cita yang sangat besar, Shoghiru Himmah  yaitu Orang yang memiliki kemampuan dan kesempatan tetapi lebih memilih hal-hal kecil, Al bashiiru binafsihi yaitu orang yang tau diri, yang tidak memiliki kapasitas tinggi dan tidak menempatkan dirinya untuk melakukan hal yang besar, dan sebagainya...

Akan aku jelajahi seluruh bumi
untuk mendapatkan keinginan-keinganku
atau aku akan mati sebagai orang asing
jika jiwaku lenyap, Allah akan menerimanya
dan jika jiwaku selamat aku akan segera pulang

Inilah ladangku duhai teman
aku akan tetap menanam benihku,
karena buahnya akan diberikan oleh Tuhanku
Biarlah kita menanam sebiji Himmah
Lalu kita akan berlari menyongsong waktu
Dan... kita akan memanen himmah kita, kelak, di syurga...

0 komentar:

:10 :11 :12 :13 :14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39
Get this widget

Posting Komentar

Silahkan Dikomentari....