Kamis, 23 Desember 2010

Inspirasi Da'wah Yang Menggetarkan Jiwa

Pernahkah kita bertanya kepada Rasulullah, mengapa ia lebih mencintai ummatnya ketimbang rasa cintanya kepada dirinya, keluarganya, kabilahnya sendiri, dan seterusnya, dan sebagainya... Ups, Islam memang jauh-jauh hari sudah berhasil menanamkan rasa cinta dan persaudaraan yang mampu melewati batas-batas sektorial dan teritorial masyarakat waktu itu.. Maka, kita akan mendapati dalam sejarah kebangsaan dan awal tumbuhnya islam waktu itu, bahwa ukuwah islamiyyah dan wihdatul Aqidah menjadi penguat perjuangan dan keistiqomahan..

saya membaca, da'wah Nabi dan segala penderitaan kaum muslimin pada saat 13 tahun fase mekkah, bahwa Kaum muslimin pada saat itu belum sama sekali melakukan konfrontasi dan membuat front yang lebih besar selain gesekan-gesekan yang bisa dikatakan masih bisa ditanggulangi oleh Rasulullah dan kaum muslimin saat itu... Maka, sesungguhnya makar Kaum Jahiliyyah saat itu bisa dikatakan sudah dalam keadaan buntu.. Mau digimana-gimanain juga Islam dan Kaum Muslimin memang tsiqoh dan istiqomah dalam keimanan dan keislaman mereka, meskipun pada akhirnya banyak diantara kaum muslimin saat itu berguguran, syahid di Jalan Allah...

Mengapa Kaum Muslimin pada saat itu bisa bertahan? sebetulnya mental apa yang sedang dibangun dan strategi apa yang dikehendaki Rasulullah pada saat itu? mengapa kaum muslimin yang bisa dikatakan masih dalam hitungan yang tidak banyak bisa bertahan menghadapi suatu tembok besar nan angkuh, tembok kejahiliyahan, dan sebagainya... Ingatlah ikhwah, pada saat generasi peletakan pondasi ini tidak ada kaum muslimin yang kembali murtad kepada jalan Thagut, tidak ada yang kembali kepada tuhan nenek moyang mereka sebagaimana diharapkan oleh orang-orang jahiliyah pada saat itu..

Subhanallah, bahwa da'wah pada saat itu memang pelaksanaannya dilakukan atas dasar pilihan pribadi, atas dasar pilihan yang sudah nampak dengan jelas berbagai kesulitan-kesulitan dan kendala yang akan dihadapi jika kita sudah terlibat didalamnya... Maka, memang bisa dikatakan kekuatan seruan tidak berpusat pada Rasulullah waktu itu, karena pada saat itu pun banyak orang-orang hanif yang lurus hatinya dan agamanya, yang lebih menghindari tuhan sembahan kaum Jahiliyyah, Latta dan Uzza, dan sebagainya... dalam catatan sejarah, hanya beberapa orang saja orang-orang yang hanif itu, salah satunya adalah Waraqah bin Naufal.. orang yang paling dekat dengan Siti Khadizah yang pada saat itu menjadi insan yang senantiasa meneguhkan dan meneduhkan Rasulullah dan membantunya dengan segenap cinta dan sambutan pengorbanan yang tiada tara...

Maka, tangan dan seruan Rasulullah disambut oleh beberapa orang, karena memang pada saat itu ibaratnya jika kita menyodorkan da'wah kepada manusia maka mereka akan menyambut da'wah kita dengan retorika dan argumen yang akan menjatuhkan upaya kita.. Disini, diperlukan sikap dan loyalitas yang teramat tinggi, baik terhadap kaum laki-laki yang beriman pada saat itu ataupun pada kaum perempuan yang beriman yang bisa dikatakan satu pertiganya dari kaum muslimin pada saat itu... Maka memang ayat demi ayat yang diturunkan kepada Rasulullah mengandung isyarat beramal secara marhalah (pentahapan), mengandung hikmah dalam setiap harakinya, sebagaimana diungkap pada buku Manhaj Haraki, Syaikh Munir Muhammad Al-Ghadban... fokus pembinaan dari Rasulullah dan sahabat-sahabat pada saat itu adalah pembinaan aqidah dan penguatannya, dalam segi ruhiyah jelas menjadi prioritas  utama dalam penjagaannya meski tidak banyak, yakni dengan shalat Qiyamu Lail dan shaum pada saat itu... Jangan salah, bagaimana ayat Al-Qur'an yang sampai kepada Rasulullah dan dihapal oleh para sahabat waktu itu meski masih sedikit, namun rakaat shalat mereka panjang dan lama sampai kaki mereka bengkak-bengkak, dan berbagai amaliyah lainnya juga...

Maka da'wah secara sembunyi-sembunyi pun digulirkan dan ditingkatkan statusnya menjadi da'wah secara terang-terangan, yakni setelah kader-kader inti (nuwat) telah terbentuk pada saat itu, sebab mereka adalah orang-orang yang berhasil memikul tanggung jawab melakukan konfrontasi terbesar melawan musuh-musuh islam pada saat itu.. Tercatat ada enam puluh orang sahabat pada saat itu dimana mereka adalah "tidak dapat dimusnahkan", sebab Aqidah dan Islam telah mengakar kuat, layaknya akar yang telah menghunjam ke jantung manusia, jika akar itu dicabut maka berhentilah jantung itu berdenyut dan matilah manusia pada saat itu..  ada dua tahapan jahriyatud Da'wah pada saat itu, yakni jahriyah yang dilakukan oleh Rasulullah sendiri, maupun jahriyahn yang dilakukan oleh kaum muslimin pada saat itu yang pembahasannya tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena sangat berkaitan erat... Maka kita ingat, langkah pertama Rasulullah adalah mengundang dan mengumpulkan kerabatnya yang dekat dari bani Hasyim, beberapa orang dari Bani Muthalib bin Abdi Manaf dan dilakukan berkali-kali, maka batu sandungan petama pada saat itu adalah Abu Lahab, sang pemrotes yang sudah diabadikan laknat Allah baginya dalam QS. Al-Lahb... Langkah ini beliau lanjutkan, Rasulullah menyeru  kaum Quraisy di atas bukit Shafa , tentu dengan jumlah orang-orang yang ada disana lebih banyak dibandingkan langkah pertama tadi.. Rasulullah bertanya dengan indahnya, "Jika kalian kuberitahu bahwa dilembah sana terdapat pasukan ber  kuda yang hendak menyerang kalian, apakah kalian akan mempercayaiku?" Mereka yang hadir di tempat itu menyahut, "Ya, kami belum pernah menyaksikan anda berdusta." Beliau Kemudian melanjutkan, "sesungguhnya Aku datang untuk memberi peringatan kepada kalian bahwa didepan kalian terdapat siksa yang amat keras!" mendegngar itu, maka Abu Labah menyahut dengan keras dan berteriak,"celakalah engkau selama-lamanya!!" Untuk itukah engkau mengumpulkan kami?" saat itulah turunlah wahyu sebagai penghibur Rasulullah saw, "Celakalah kedua tangan abu lahab"...

Da'wah ini dilanjutkan lagi, da'wah kepada keluarga dekat Rasulullah.. yang tercatat, pada saat itu, Istri beliau, Khadizah binti Khuwailid adalah orang yang pertama menerima seruan nabi dan masuk Islam, kemudian Zaid Bin Haritsah, mantan budak siti Khadizah, kemudian Ali Bin Abi Thalib menerima seruan Rasulullah, dan selanjutnya anak-anak Rasulullah dan sahabat terdekat beliau, Abu Bakar dan sebagainya... Generasi sahabat ini adalah seperti oase yang tidak pernah kering, ia adalah mata air bagi seluruh kebangkitan da'wah dimana sumber alirannya tidak akan tercemari oleh barang sedikitpun, senantiasa jernih dan menyegarkan, sebab pangkalnya adalah dari Rasulullah, atas nalar wahyu dan sunnahnya yang mulia ini... maka sabar adalah kunci dari kemenangan da'wah pada saat itu, terutama sabar sebagai senjata ampuh dalam menanggung siksaan dan penindasan di jalan Allah, dan untuk beberapa orang yang lemah dari penyiksaan ini dibolehkan untuk menampakan "kemurtadannya" sebagaimana di perlihatkan oleh Ammar bin Yassir yang terpaksa, demi menyelamatkan aqidah dan keyakinannya itu... maka sabar ini bukanlah sabar sebagaimana kita fahami dan sering kita salah artikan, sabar yang memiliki tingkatan (mustawa), sabar menanggung siksaan sampai mati (syahid) yang tentu lebih besar keutamaannya dibanding menerima rukhsah "terpaksa menampakan kekafiran"...

Dan masih banyak jalan yang ditempuh Rasulullah dalam menyelamatkan tandzim gerakan da'wahnya ini, katakanlah Hijrahnya kaum muslimin ke Habasyah sebagai basis tempat yang aman bagi da'wah dan sebagai basis baru titik tolak pergerakan, disamping Rasulullah memanfaatkan undang-undang jahiliyyah dan perlindungannya pada saat itu, dari pamannya, Abu Thalib,dan sebagainya... Dan kita pun tahu, pada saat islam tertekan sebegitu susahnya, maka munculah kekuatan baru pergerakan, masuk Islamnya Hamzah bin Abdul Muthalib dan Ummar bin Khatab, sebagai proklamator kebebasan da'wah islam, sehingga da'wah pada saat itu tidak dirasakan sempit lagi, ia telah menjelma menjadi sesuatu yang lapang dan penuh jaminan untuk kebebasan mempublishkan da'wah... publikasi dan media yang teramat strategis, dimana kaum muslimin pada saat itu sudah bisa shalat di samping Ka'bah, sudah berani mengajak dan merangkul manusia untuk diajak kepada islam dan penyembahan satu-satunya kepada Allah, dan seterusnya...

semoga kita diberikan kefahaman dalam menghayati berbagai strategi politik da'wah dan penyelamatannya ini, sebagai modal awal kita dalam bergerak, sebab manhaj haraki ini adalah suatu tahapan dan periodisasi yang mungkin tidak akan pernah sama dengan periodisasi da'wah kita pada masa sekarang ini, namun tidak dapat dipungkiri, bahwa sangat banyak manuver-manuver da'wah yang strategis yang akan sangat bermanfaat bagi gerakan da'wah kita, bagi KAMMI, bagi seluruh wajihah da'wah dan kajian-kajian keislaman di kampus kita... dengan memahami manhaj haraki ini, maka kita akan mendapatkan setitik terang dari rahasia-rahasia dan pentahapan kesuksesan da'wah Rasulullah, sehingga ia menjadi sesuatu yang lembut dan diterima oleh segenap orang, dimanapun mereka berada...

Dan KAMMI, memahami hal ini merupakan sebuah keperluan yang asasi,, saya bisa mengatakan, belum cukup KAMMI melandaskan segala pergerakan dan strategisasi da'wahnya sebelum mereka mengambil acuan dan pedoman da'wah yang komprehensif dan capable, untuk penyelamatan da'wah dan agar tertegaknya da'wah pada hati kita, pada mad'u kita, pada manusia selurunya... sehingga Islam yang kita da'wahkan menjadi Rahmat dan kasihsayang bagi seluruh alam.. inilah inspirasi da'wah yang menggetarkan jiwa... semoga kita ditetapkan hati dan kemauan dan upaya yang kuat untuk senantiasa berada di jalan da'wah... wallahu'alam

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Semoga tulisannya mampu menjadi salah satu pemantik bara keshalihan bagi yang membacanya.. hidup menulis!!

:10 :11 :12 :13 :14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39
Get this widget

Posting Komentar

Silahkan Dikomentari....